MALANG, KOMPAS.com - Lapangan Udara (Lanud) Abdulrachman Saleh, Malang, telah menyiapkan personelnya untuk bakal mengawaki 16 pesawat terbang tempur taktis Super Tucano yang sudah dibeli pemerintah dan dijadwalkan bulan September atau sesudahnya akan tiba sebagai anggota Skadron 21 TNI AU. Komandan Lanud Abd Saleh, Marsekal Pertama (Marsma) Agus Dwi Putranto di Malang, Jawa Timur, Selasa (8/3/2011) menjelaskan, meskipun Super Tucano nantinya merupakan pengganti pesawat tipe sejenis OV-10 Bronco sebagai bagian dari Skadron 21 tidak berarti awak OV-10 dari skadron yang sama yang akan mengoperasikannya. "Sebagian awak OV-10, pilot dan teknisi sudah didistribusikan ke skadron lain, seperti skadron yang mengoperasikan pesawat Hercules di Lanud Abd Saleh juga. Kami melakukan perekrutan, sesuai dengan kondisi personel yang ada," katanya. Pihaknya belum bisa menjelaskan, kapan awak Super Tucano akan memulai pendidikan di pabriknya di Embraer, Brasil. Namun hal itu akan berlangsung sebelum Super Tucano datang. "Lama waktu pendidikannya akan mencapai sekitar tiga bulan. Anggota kami akan berangkat. Namun kapan kami belum bisa menginformasikan," katanya. Lanud Abd Saleh sudah bersiap menerima kedatangan 16 pesawat terbang tempur taktis Super Tucano yang sudah dipesan dari pabriknya di Brasil, Embraer. Pesawat tersebut akan mengganti seluruh sisa pesawat dengan karakter yang sama, OV-10 atau dijuluki Bronco yang kini sudah habis jam terbangnya dan hanya bisa dimuseumkan saja. Benar-benar ide yang baik untuk menyelidiki sedikit lebih dalam subjek Harga Jual Blackberry iPhone Laptop Murah. Apa yang Anda pelajari dapat memberikan kepercayaan diri yang Anda butuhkan untuk usaha di daerah baru.
Sebelumnya, di sela-sela penyambutan penerbangan perdana rute baru maskapai penerbangan Wings Air (anak perusahaan Lion Air) rute Denpasar-Malang, Agus menjelaskan, Markas Besar TNI AU dan pemerintah yang memutuskan memilih dan membeli jenis pesawat tersebut. Spesifikasi dan harganya sepenuhnya merupakan pertimbangan pemerintah yang memiliki dananya dan TNI AU sebagai pihak yang akan memanfaatkannya. "Kami prajurit bertugas menyiapkan diri, sarana, personel dan peralatan untuk menggunakan dan dan memelihara sebaik mungkin. Sudah kami siapkan pilot dan teknisi yang akan mengoperatori dan melayani perawatannya, pada Skadron 21, yang sama dengan Skadron OV-10," katanya. Pesawat tempur Super Tucano, kata Agus, termasuk pesawat tempur taktis yang dalam aksi strategi pertumpran udara, memiliki tugas sebagai semacam pemandu, pengintai atau penjuru depan, bagi pesawat tempur serbu di belakangnya. Ini karena kecepatannya yang cukup lambat sekitar 500 km per jam. Super Tucano menunjukkan dan memberi informasi target darat (air to ground) untuk diserang oleh pesawat penyerbu. "Ini jenis pesawat tempur kecil, yang karena kecepatannya yang lebih rendah dibanding pesawat tempur jet Sukhoi, akan memudahkan pilot Super Tucano untuk mengamati sasaran darat, bertipe pesawat tempur sasaran udara ke darat," katanya. "Spesifikasinya dan tujuan tugasnya kurang lebih mirip dengan peran OV-10, hanya saja jauh lebih modern segala-galanya dibanding OV-10, termasuk sistem navigasinya, persenjataannya dan mesinnya," sambungnya. Persenjataan yang dibawa jenis roket dan bom udara ke darat seperti bom MK82, dan semua jenis senjata untuk tujuan penyerangan air to ground. Adapun pesawat dibawah Skadron 21 OV-10 Bronco kini tersisa tinggal tujuh pesawat saja. Sebuah OV-10 sudah dipastikan akan diterbangkan ke Yogyakarta untuk dimuseumkan. "Lanud Abd Saleh berencana memasang satu pesawat sebagai monumen di dalam kompleks Lanud Abd Saleh. Lalu sisanya belum diputuskan," katanya. Menurutnya, bisa saja jika ada pihak yang hendak memerlukannya untuk dijadikan monumen. Permintaan mengenai itu hanya bisa diizinkan oleh Mabes TNI AU. "Selama ini sudah ada satu OV-10 yang dijadikan monumen di Kabupaten Jombang, Jawa Timur," tambahnya.
Sebelumnya, di sela-sela penyambutan penerbangan perdana rute baru maskapai penerbangan Wings Air (anak perusahaan Lion Air) rute Denpasar-Malang, Agus menjelaskan, Markas Besar TNI AU dan pemerintah yang memutuskan memilih dan membeli jenis pesawat tersebut. Spesifikasi dan harganya sepenuhnya merupakan pertimbangan pemerintah yang memiliki dananya dan TNI AU sebagai pihak yang akan memanfaatkannya. "Kami prajurit bertugas menyiapkan diri, sarana, personel dan peralatan untuk menggunakan dan dan memelihara sebaik mungkin. Sudah kami siapkan pilot dan teknisi yang akan mengoperatori dan melayani perawatannya, pada Skadron 21, yang sama dengan Skadron OV-10," katanya. Pesawat tempur Super Tucano, kata Agus, termasuk pesawat tempur taktis yang dalam aksi strategi pertumpran udara, memiliki tugas sebagai semacam pemandu, pengintai atau penjuru depan, bagi pesawat tempur serbu di belakangnya. Ini karena kecepatannya yang cukup lambat sekitar 500 km per jam. Super Tucano menunjukkan dan memberi informasi target darat (air to ground) untuk diserang oleh pesawat penyerbu. "Ini jenis pesawat tempur kecil, yang karena kecepatannya yang lebih rendah dibanding pesawat tempur jet Sukhoi, akan memudahkan pilot Super Tucano untuk mengamati sasaran darat, bertipe pesawat tempur sasaran udara ke darat," katanya. "Spesifikasinya dan tujuan tugasnya kurang lebih mirip dengan peran OV-10, hanya saja jauh lebih modern segala-galanya dibanding OV-10, termasuk sistem navigasinya, persenjataannya dan mesinnya," sambungnya. Persenjataan yang dibawa jenis roket dan bom udara ke darat seperti bom MK82, dan semua jenis senjata untuk tujuan penyerangan air to ground. Adapun pesawat dibawah Skadron 21 OV-10 Bronco kini tersisa tinggal tujuh pesawat saja. Sebuah OV-10 sudah dipastikan akan diterbangkan ke Yogyakarta untuk dimuseumkan. "Lanud Abd Saleh berencana memasang satu pesawat sebagai monumen di dalam kompleks Lanud Abd Saleh. Lalu sisanya belum diputuskan," katanya. Menurutnya, bisa saja jika ada pihak yang hendak memerlukannya untuk dijadikan monumen. Permintaan mengenai itu hanya bisa diizinkan oleh Mabes TNI AU. "Selama ini sudah ada satu OV-10 yang dijadikan monumen di Kabupaten Jombang, Jawa Timur," tambahnya.
No comments:
Post a Comment