JAKARTA, KOMPAS.com - Rata-rata pertumbuhan permintaan energi di Indonesia mencapai tujuh persen per tahun. Untuk itu, pemerintah tengah menginventarisasi perusahaan-perusahaan, termasuk 650 pelanggan industri, yang harus melaksanakan efisiensi energi. Menurut Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Luluk Sumiarso, Kamis (24/3/2011), di Jakarta, pihaknya menginventarisasi tingkat efisiensi energi perusahaan-perusahaan itu sambil menyiapkan peraturannya. Dari 650 perusahaan itu, tidak semua perusahaan harus melaksanakan efisiensi energi. EECCHI (Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia) menyatakan, pada umumnya, gedung di negara tropis seperti Indonesia paling banyak menggunakan energi untuk sistem tata udara (45-70 persen), sistem tata cahaya (10-20 persen), lift dan eskalator (2-7 persen), dan alat-alat kantor serta elektronik (2-10 persen). Luluk menjelaskan, konsumsi energi berkontribusi secara signifikan terhadap perubahan iklim, dan Indonesia telah menempatkan isu itu sebagai persoalan serius yang harus segera diatasi. Indonesia telah menargetkan pengurangan emisi nasional 26 persen pada tahun 2020, dan jika ada upaya keras disertai dukungan internasional maka pengurangan emisi itu bisa mencapai 41 persen. Jika Anda menemukan diri Anda bingung dengan apa yang Anda sudah membaca hingga saat ini, jangan putus asa. Semuanya harus jelas pada saat Anda selesai.
Pada kesempatan sama, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Evita H Legowo mengakui, dari sisi hulu minyak dan gas bumi masih sulit melaksanakan efisiensi mengingat salah satu penghasil devisa negara dari sektor ini. Tetapi, dari sisi hilir migas sudah ada kesempatan untuk melaksanakan efisiensi penggunaan bahan bakar minyak dengan memperketat pengawasan pendistribusian BBM bersubsidi. Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM Maryam Ayuni menyatakan, sejauh ini pihaknya sudah mengaudit efisiensi energi terhadap 452 gedung dan industri untuk mengetahui secara riil berapa penggunaan energinya. "Berarti, masih ada potensi efisiensi energi cukup besar. Dari audit itu, kami merekomendasikan langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk efisiensi energi," ujarnya. Untuk tahun 2010, Kementerian ESDM telah mengaudit 165 gedung dan industri dan saat ini sedang dalam proses penghitungan ulang. Pada tahun ini, kementerian itu juga menargetkan minimal 165 gedung dan industri yang diaudit. "Sekarang perusahaan-perusahaan antre untuk diaudit, karena gratis, dananya dari APBN, kalau mengaudit sendiri tentu butuh biaya ratusan juta rupiah," kata dia. Sejauh ini, sebagian perusahaan itu telah merespons hasil audit tersebut, terutama dengan melaksanakan upaya efisiensi energi yang tidak butuh biaya tinggi misalnya perubahan perilaku. "Untuk high cost, akan difasilitasi untuk mencari bantuan dana investasi alat, kami hubungkan dengan perbankan, difasilitasi oleh Bank Indonesia. Selama ini perbankan menganggap, bisnis ini tidak ada untungnya," katanya. Selain itu pemerintah bekerja sama dengan Pemerintah Denmark untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan pemahaman tentang pentingnya efisiensi energi bagi perusahaan-perusahaan di sejumlah kota di Indonesia. Sebagai proyek percontohan teknologi dan desain yang efisien energi, salah satu lantai gedung Direktorat Jenderal Kelistrikan Kementerian ESDM direnovasi agar hemat energi.
Pada kesempatan sama, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Evita H Legowo mengakui, dari sisi hulu minyak dan gas bumi masih sulit melaksanakan efisiensi mengingat salah satu penghasil devisa negara dari sektor ini. Tetapi, dari sisi hilir migas sudah ada kesempatan untuk melaksanakan efisiensi penggunaan bahan bakar minyak dengan memperketat pengawasan pendistribusian BBM bersubsidi. Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM Maryam Ayuni menyatakan, sejauh ini pihaknya sudah mengaudit efisiensi energi terhadap 452 gedung dan industri untuk mengetahui secara riil berapa penggunaan energinya. "Berarti, masih ada potensi efisiensi energi cukup besar. Dari audit itu, kami merekomendasikan langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk efisiensi energi," ujarnya. Untuk tahun 2010, Kementerian ESDM telah mengaudit 165 gedung dan industri dan saat ini sedang dalam proses penghitungan ulang. Pada tahun ini, kementerian itu juga menargetkan minimal 165 gedung dan industri yang diaudit. "Sekarang perusahaan-perusahaan antre untuk diaudit, karena gratis, dananya dari APBN, kalau mengaudit sendiri tentu butuh biaya ratusan juta rupiah," kata dia. Sejauh ini, sebagian perusahaan itu telah merespons hasil audit tersebut, terutama dengan melaksanakan upaya efisiensi energi yang tidak butuh biaya tinggi misalnya perubahan perilaku. "Untuk high cost, akan difasilitasi untuk mencari bantuan dana investasi alat, kami hubungkan dengan perbankan, difasilitasi oleh Bank Indonesia. Selama ini perbankan menganggap, bisnis ini tidak ada untungnya," katanya. Selain itu pemerintah bekerja sama dengan Pemerintah Denmark untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan pemahaman tentang pentingnya efisiensi energi bagi perusahaan-perusahaan di sejumlah kota di Indonesia. Sebagai proyek percontohan teknologi dan desain yang efisien energi, salah satu lantai gedung Direktorat Jenderal Kelistrikan Kementerian ESDM direnovasi agar hemat energi.
No comments:
Post a Comment