TULUNGAGUNG, KOMPAS - Ibu hamil dengan HIV/AIDS belum didorong untuk melahirkan dengan operasi caesar seperti yang disyaratkan untuk menghindarkan bayi dari penularan HIV/AIDS. Setidaknya itu terjadi di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Hanya ada dua ibu pengidap HIV/AIDS di Tulungagung yang melahirkan lewat operasi caesar. Padahal, di daerah itu sejak tahun 2006 ada 12 ibu dengan HIV/ AIDS yang melahirkan. Akibatnya, kini muncul kasus anak dengan HIV/AIDS yang memerlukan penanganan serius. Menurut seorang ibu hamil dengan HIV/AIDS yang ditemui di kediamannya bersama petugas pendamping dari Klinik Seruni, RSUD Dr Iskak, Tulungagung, Jumat (18/2), ia tidak memiliki cukup pengetahuan untuk meminta dokter yang merawatnya untuk melakukan operasi caesar. Ibu yang tidak bersedia disebut namanya itu kini memasuki usia kehamilan 32 minggu. Perkiraan persalinannya awal Maret 2011. Klinik Seruni adalah klinik yang dibiayai Komisi Penanggulangan HIV/AIDS untuk pendampingan dan advokasi orang dengan HIV/AIDS dengan dana dari sumber asing. You can see that there's practical value in learning more about mobil keluarga ideal terbaik indonesia. Can you think of ways to apply what's been covered so far?
Menurut ibu hamil itu, dalam pertemuan dengan dokter saat periksa kehamilan pekan lalu, ia ditanya apakah memilih persalinan normal atau operasi caesar. Ia mengaku, menyatakan terserah pada dokter, yang disimpulkan oleh dokter bahwa ia memilih persalinan normal. Sukarelawan dan petugas Klinik Seruni, Zainur Rohman, menuturkan, sebagian tenaga medis enggan melaksanakan operasi caesar bagi ibu dengan HIV/AIDS. Ada informasi, para perawat menyingkir jika harus merawat orang dengan HIV/AIDS. Padahal, pelatihan sudah mencukupi, kata Ifada Nur Rohmaniah, sukarelawan pendamping orang dengan HIV/AIDS. Zainur menyatakan, di kota- kota lain di Jawa Timur, seperti Jember, Jombang, Malang, dan Surabaya, sudah banyak dilaksanakan operasi caesar bagi ibu dengan HIV/AIDS yang melahirkan. Namun, dia mengakui belum mendapat data rinci. Dukungan pemerintah Persoalannya lebih pada dukungan pemerintah daerah terhadap kepedulian pada pengidap dan penanggulangan HIV/AIDS. Pemerintah masih dihantui stigma terkait orang dengan HIV/ AIDS sehingga reaksi terhadap masalah itu menjadi lamban, kata Zainur. Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Tulungagung Gatot D Purwanto menyatakan komitmennya pada upaya pemberian layanan operasi caesar pada ibu hamil dengan HIV/AIDS. Sejauh yang bersangkutan sudah terdaftar pada dinkes, sudah menjalani perawatan, dengan dana dari Global Fund, pasti bisa kami layani, katanya. (ODY)
Menurut ibu hamil itu, dalam pertemuan dengan dokter saat periksa kehamilan pekan lalu, ia ditanya apakah memilih persalinan normal atau operasi caesar. Ia mengaku, menyatakan terserah pada dokter, yang disimpulkan oleh dokter bahwa ia memilih persalinan normal. Sukarelawan dan petugas Klinik Seruni, Zainur Rohman, menuturkan, sebagian tenaga medis enggan melaksanakan operasi caesar bagi ibu dengan HIV/AIDS. Ada informasi, para perawat menyingkir jika harus merawat orang dengan HIV/AIDS. Padahal, pelatihan sudah mencukupi, kata Ifada Nur Rohmaniah, sukarelawan pendamping orang dengan HIV/AIDS. Zainur menyatakan, di kota- kota lain di Jawa Timur, seperti Jember, Jombang, Malang, dan Surabaya, sudah banyak dilaksanakan operasi caesar bagi ibu dengan HIV/AIDS yang melahirkan. Namun, dia mengakui belum mendapat data rinci. Dukungan pemerintah Persoalannya lebih pada dukungan pemerintah daerah terhadap kepedulian pada pengidap dan penanggulangan HIV/AIDS. Pemerintah masih dihantui stigma terkait orang dengan HIV/ AIDS sehingga reaksi terhadap masalah itu menjadi lamban, kata Zainur. Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Tulungagung Gatot D Purwanto menyatakan komitmennya pada upaya pemberian layanan operasi caesar pada ibu hamil dengan HIV/AIDS. Sejauh yang bersangkutan sudah terdaftar pada dinkes, sudah menjalani perawatan, dengan dana dari Global Fund, pasti bisa kami layani, katanya. (ODY)
No comments:
Post a Comment