KOMPAS.com - Kebaya kontemporer menjadi keahlian perancang ternama Anne Avantie. Di Jakarta Fashion & Food Festival 2011, Anne kembali hadir dengan koleksi kebaya kontemporer. Jika tahun lalu Anne merilis koleksi Batiken, Lawasan Ready to Wear, pada 2011 perancang asal Semarang ini menghadirkan koleksi sarat makna. Anne memberi judul inovasi karyanya "Putri Tiong Hoa", yang ditampilkan dalam format mini show, dedikasi perancang dan pelaku seni dalam negeri untuk perancang dan aktor Robby Tumewu. "Ada 13 koleksi busana, dan 50 orang terlibat memeragakannya dalam pertunjukkan 'Putri Tiong Hoa' tribute to Robby Tumewu," jelas Anne kepada Kompas Female seusai pertunjukkan fashion yang beda dari biasanya. Mini show Anne Avantie pada Minggu (15/5) di Hotel Harris Kelapa Gading merupakan bentuk dedikasi, dukungan moral dan materil dari para sahabat untuk kesembuhan Robby Tumewu. Koleksi "Putri Tiong Hoa" inovasi Anne lahir dari keinginan mempopulerkan budaya Tiong Hoa. Perkawinan budaya China dan budaya Jawa melahirkan tradisi dan budaya baru China-Jawa. Akulturasi dan asimilasi budaya ini menjadi ide dan inspirasi desain kebaya Anne Avantie. Alhasil, muncul koleksi anggun dengan warna cerah khas busana China, dalam balutan kebaya dan batik lawasan. Jika Anda menemukan diri Anda bingung dengan apa yang Anda sudah membaca hingga saat ini, jangan putus asa. Semuanya harus jelas pada saat Anda selesai.
Anne menggabungkan kebaya dengan siluet pecinan dalam karya terbarunya. Nuansa China diterjemahkan Anne dalam budaya kontemporer. Anne konsisten dengan ciri khasnya, merancang kebaya kontemporer dengan ragam kreasi, yang membuatnya ternama dan mendapat penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia sebagai pelopor kebaya kontemporer. Perkawinan budaya China-Jawa dihadirkan oleh Anne melalui kebaya organdi dengan bordir sulam, kebaya berkerah Kartini kutu baru dimodifikasi bahwan kain China Shanghai dengan belahan paha tinggi. Cheongsam terusan dengan kerah berdiri (kerah Mandarin) juga menjadi bagian koleksi "Putri Tiong Hoa ini". Berbagai model kebaya ini hadir dengan menggunakan bahan batik lawasan. Meski busana khas Tiong Hoa identik dengan warna merah, Anne tak terpaku pada dominasi warna ini. Koleksi "Putri Tiong Hoa" juga hadir dengan sentuhan warna lembut hijau muda, merah marun, coklat keemasan, atau biru. Budaya kontemporer China, diterjemahkan Anne tak hanya dari warna. Namun juga merubah siluet, motif kombinasi padu padan dengan tetap mempertahankan sisi tradisional berakar pada perkawinan budaya China-Jawa. Busana dari bahan sutera China dipadukan dengan budaya Indonesia. Hasilnya, koleksi busana "Putri Tiong Hoa" lekat dengan kehidupan sehari-hari. Model busananya ready-to-wear dan akrab dengan keseharian. Seperti celana pangsi, kebaya encim, cheongsam, atau sarong. Model, selebriti hingga desainer yang memeragakan koleksi "Putri Tiong Hoa", tampil anggun, elegan, sarat makna tradisi di setiap busana yang dikenakannya. Mengenakan koleksi "Putri Tiong Hoa" menonjolkan kecintaan pemakainya terhadap kebaya kontemporer, dan kekayaan akulturasi budaya di Indonesia. Sesuai misi Anne dalam karyanya, bahwa produk fashion dalam negeri sudah semestinya kaya muatan lokal yang memicu apresiasi terhadap sejarah.
Anne menggabungkan kebaya dengan siluet pecinan dalam karya terbarunya. Nuansa China diterjemahkan Anne dalam budaya kontemporer. Anne konsisten dengan ciri khasnya, merancang kebaya kontemporer dengan ragam kreasi, yang membuatnya ternama dan mendapat penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia sebagai pelopor kebaya kontemporer. Perkawinan budaya China-Jawa dihadirkan oleh Anne melalui kebaya organdi dengan bordir sulam, kebaya berkerah Kartini kutu baru dimodifikasi bahwan kain China Shanghai dengan belahan paha tinggi. Cheongsam terusan dengan kerah berdiri (kerah Mandarin) juga menjadi bagian koleksi "Putri Tiong Hoa ini". Berbagai model kebaya ini hadir dengan menggunakan bahan batik lawasan. Meski busana khas Tiong Hoa identik dengan warna merah, Anne tak terpaku pada dominasi warna ini. Koleksi "Putri Tiong Hoa" juga hadir dengan sentuhan warna lembut hijau muda, merah marun, coklat keemasan, atau biru. Budaya kontemporer China, diterjemahkan Anne tak hanya dari warna. Namun juga merubah siluet, motif kombinasi padu padan dengan tetap mempertahankan sisi tradisional berakar pada perkawinan budaya China-Jawa. Busana dari bahan sutera China dipadukan dengan budaya Indonesia. Hasilnya, koleksi busana "Putri Tiong Hoa" lekat dengan kehidupan sehari-hari. Model busananya ready-to-wear dan akrab dengan keseharian. Seperti celana pangsi, kebaya encim, cheongsam, atau sarong. Model, selebriti hingga desainer yang memeragakan koleksi "Putri Tiong Hoa", tampil anggun, elegan, sarat makna tradisi di setiap busana yang dikenakannya. Mengenakan koleksi "Putri Tiong Hoa" menonjolkan kecintaan pemakainya terhadap kebaya kontemporer, dan kekayaan akulturasi budaya di Indonesia. Sesuai misi Anne dalam karyanya, bahwa produk fashion dalam negeri sudah semestinya kaya muatan lokal yang memicu apresiasi terhadap sejarah.
. Kami dapat menyediakan Anda dengan beberapa fakta di atas, tetapi masih ada banyak lagi untuk menulis tentang dalam artikel berikutnya.
No comments:
Post a Comment