tidak selalu hal yang termudah untuk mencari. Untungnya, laporan ini mencakup
info terbaru yang tersedia.
Cerber Hery Prasetyo Keesokan hari, mahasiswa dan rakyat marah. Awan, Zaliany dan rekan-rekannya turun untuk ikut berbela sungkawa atas kematian empat rekannya itu. Sebagian ke Tanah Kusir untuk ikut mengikuti pemakaman pahlawan reformasi yang gugur, sebagian langsung ke Grogol dan kampus Trisakti untuk berkumpul dengan mahasiswa lainnya. Mereka menggelar aksi belasungkawa, sekaligus mengecam kekerasan aparat. Jakarta tiba-tiba sangat mencekam. Tak hanya di Grogol, hampir semua mahasiswa di Jabotabek berunjuk rasa menyampaikan protes kekerasan aparat dan menuntut reformasi. Baskara mendapat kabar, massa dari berbagai lapisan juga sudah berkumpul di sudut-sudut kota lainnya. Massa juga bergerak, meneriakkan kata-kata protes dan mengecam negara. Baskara dan Lukito lebih sibuk dari hari sebelumnya. Mereka masih mengendarai sepeda motor. Setelah memotret pemakaman empat mahasiswa yang tewas di Tanah Kusir, Baskara mengajak Lukito ke Trisakti. Sore hari, tiba-tiba Baskara melihat ada truk dan mobil pick-up menurunkan massa. Semula dia mengira mereka massa seperti lainnya. Tapi gerak-geriknya tampak mencurigakan. Baskara pun mendekat. Tiba-tiba, massa yang baru turun dari mobil itu melakukan provokasi untuk bergerak dan merusak toko-toko. Seperti terjadi secara sistematis, tiba-tiba asap sudah mengepul di mana-mana. Baskara segera memburunya. Betapa kagetnya, perusakan sudah terjadi di berbagai titik di Kota Jakarta. Masyarakat yang terprovokasi ramai-ramai melakukan menjarahan di berbagai toko. Untung mahasiswa tak terpancing, dan mereka yang tadinya turun beraksi menjauh dari kerusuhan. Baskara pun langsung memotret momen penting itu, tapi hatinya diliputi kegundahan luar biasa. Luke, ini lebih parah. Seluruh Jakarta seperti terbakar. Seperti perang besar saja. Ya Tuhan, apa yang terjadi di negeri ini? ujar Baskara seperti tak percaya. Sesaat dia tertegun menyaksikan peristiwa yang sangat mengerikan ini, sampai lupa memotret. Ini neraka, Bas. Jakarta sudah menjadi neraka! jawab Lukito. Saya percaya bahwa apa yang Anda telah membaca sejauh ini informatif. Bagian berikut ini harus pergi jauh ke arah membersihkan setiap ketidakpastian yang mungkin tetap.
Mereka sampai juga di daerah Glodok. Keadaan sama parahnya. Beberapa toko sudah terbakar, sementara massa berlarian sambil membawa barang jarahan. Kita hancurkan Cina! teriak seseorang yang berperan sebagai provokator. Tiba-tiba Baskara ingat kekasih Cina-nya, Lili. Apalagi dia punya toko di Glodok yang pasti juga terbakar. Segera dia meneleponnya dengan HP. Setelah agak lama, akhirnya Lili membuka pula HP-nya. Hai, kamu nggak apa-apa? Jakarta terbakar. Sepertinya targetnya masyarakat Cina, kata Baskara. Sepertinya begitu. Tadi kami sudah melihat gelagatnya, segera menutup toko dan pulang. Kami sekeluarga berkumpul di rumah dan ketakutan. Kondisi kami aman, tapi nggak tahu toko kami. Sementara tenang di rumah dulu. Sepertinya lebih aman begitu. Soalya yang diserang massa adalah toko-toko dan perkantoran. Inginnya keluar dan ketemu Mas Bas, syukur-syukur ikut demo. Jangan dulu, keadaan sangat mencekam. Baik, Mas Bas di mana? Aku di Glodok, sibuk memotret pembakaran dan penjarahan. Inginnya juga menjemputmu. Kalau perlu sekalian keluargamu dan memindahnya ke tempat aman. Sayang, aku sibuk memotret. Tapi jika kalian semakin merasa tak aman, aku bisa mencuri waktu untuk menjemput kalian. Kalau ada apa-apa kabari aku. Papah pasti menolaknya. Saya kira belum perlu, karena kami masih aman. Mas Bas juga hati-hati. Oke, sudah dulu ya. Jangan lupa terus kabari aku jika ada sesuatu yang mencurigakan Baik, da Setelah gelap mulai mencekam dan banyak adegan yang sudah dipotret, Baskara merasa harus segera mengajak Lukito ke kantor. Sebab, foto dan laporan Lukito pasti sudah ditunggu. Betapa kagetnya Baskara ketika di kantor, rekan-rekannya menceritakan jumlah korban kematian mencapai ratusan. Rata-rata mereka masyarakat umum yang terjebak api saat mencoba menjarah.Ini sepertinya sudah direkayasa, kata teman lainnya menyimpulkan. Untung mahasiswa tidak terpancing menjarah dan membakar. Aku lihat ada gerombolan provokatornya. Kemudian, warga atau massa awam terprovokasi untuk membakar dan menjarah, kata Baskara. Hampir semua wartawan sibuk, termasuk Baskara yang harus stand by. Up-dating terus dilakukan, karena sampai larut malam ada saja info baru. Bahkan hampir semua wartawan tidur di kantor. Selain jaga-jaga kalau ada peristiwa penting, juga merasa tak aman pulang melewati jalanan Jakarta yang seperti neraka. Sesekali Baskara terus berusaha menjaga hubungan dengan Lili lewat telepon. Dia juga sudah menelepon adiknya, Zaliany. Dia agak lega, karena Zaliany dan rekan-rekannya sudah pulang setelah ikut demo di Trisakti.
Mereka sampai juga di daerah Glodok. Keadaan sama parahnya. Beberapa toko sudah terbakar, sementara massa berlarian sambil membawa barang jarahan. Kita hancurkan Cina! teriak seseorang yang berperan sebagai provokator. Tiba-tiba Baskara ingat kekasih Cina-nya, Lili. Apalagi dia punya toko di Glodok yang pasti juga terbakar. Segera dia meneleponnya dengan HP. Setelah agak lama, akhirnya Lili membuka pula HP-nya. Hai, kamu nggak apa-apa? Jakarta terbakar. Sepertinya targetnya masyarakat Cina, kata Baskara. Sepertinya begitu. Tadi kami sudah melihat gelagatnya, segera menutup toko dan pulang. Kami sekeluarga berkumpul di rumah dan ketakutan. Kondisi kami aman, tapi nggak tahu toko kami. Sementara tenang di rumah dulu. Sepertinya lebih aman begitu. Soalya yang diserang massa adalah toko-toko dan perkantoran. Inginnya keluar dan ketemu Mas Bas, syukur-syukur ikut demo. Jangan dulu, keadaan sangat mencekam. Baik, Mas Bas di mana? Aku di Glodok, sibuk memotret pembakaran dan penjarahan. Inginnya juga menjemputmu. Kalau perlu sekalian keluargamu dan memindahnya ke tempat aman. Sayang, aku sibuk memotret. Tapi jika kalian semakin merasa tak aman, aku bisa mencuri waktu untuk menjemput kalian. Kalau ada apa-apa kabari aku. Papah pasti menolaknya. Saya kira belum perlu, karena kami masih aman. Mas Bas juga hati-hati. Oke, sudah dulu ya. Jangan lupa terus kabari aku jika ada sesuatu yang mencurigakan Baik, da Setelah gelap mulai mencekam dan banyak adegan yang sudah dipotret, Baskara merasa harus segera mengajak Lukito ke kantor. Sebab, foto dan laporan Lukito pasti sudah ditunggu. Betapa kagetnya Baskara ketika di kantor, rekan-rekannya menceritakan jumlah korban kematian mencapai ratusan. Rata-rata mereka masyarakat umum yang terjebak api saat mencoba menjarah.Ini sepertinya sudah direkayasa, kata teman lainnya menyimpulkan. Untung mahasiswa tidak terpancing menjarah dan membakar. Aku lihat ada gerombolan provokatornya. Kemudian, warga atau massa awam terprovokasi untuk membakar dan menjarah, kata Baskara. Hampir semua wartawan sibuk, termasuk Baskara yang harus stand by. Up-dating terus dilakukan, karena sampai larut malam ada saja info baru. Bahkan hampir semua wartawan tidur di kantor. Selain jaga-jaga kalau ada peristiwa penting, juga merasa tak aman pulang melewati jalanan Jakarta yang seperti neraka. Sesekali Baskara terus berusaha menjaga hubungan dengan Lili lewat telepon. Dia juga sudah menelepon adiknya, Zaliany. Dia agak lega, karena Zaliany dan rekan-rekannya sudah pulang setelah ikut demo di Trisakti.
. OK, mungkin bukan pakar. Tapi Anda harus memiliki sesuatu untuk membawa ke meja waktu berikutnya Anda bergabung dengan diskusi tentang
.
No comments:
Post a Comment