? Informatif laporan ini dapat memberikan Anda wawasan tentang semua yang anda pernah ingin tahu tentang
.
BAJAWA, KOMPAS.com - Artefak Reba, dalam upacara ritual dan perayaan tahunan masyarakat etnik Ngadha, di Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, perlu dinventarisasi oleh pemerintah daerah setempat. Bahkan perlu dimuseumkan guna mencegah kepunahan. Dalam perkembangannya saat ini, di masyarakat etnik Ngadha, yang meliputi KecamatanJerebuu, Bajawa, Golewa, Bajawa Utara, dan Aimere, banyak kampung adat yang tak mempertahankan sepenuhnya keaslian bentuk ritual Reba. Ada beberapa hal dakam ritual Reba telah dilupakan. "Sebagai upaya pewarisan nilai budaya inventarisasi perlu dilakukan, sebab banyak suku yang tak lagi mempertahankan keaslian bentuk Reba," ungkap antropolog dari Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero, Maumere, Pater Ansel Dore Dae SVD. Ansel mencontohkan ritual Tege Sobhi, tahapan pembuatan dan memasukkan sobhi (sisir) ke dalam rumah adat, sudah banyak dilupakan. Sobhi merupakan sistem penanggalan atau kalender agraris yang mengikuti peredaran bulan. Tahapan ini merupakan bagian dari ritual Reba,yang digelar sehari sebelum acara inti Reba. Reba sendiri semacam perayaan tahun baru adat etnik Ngadha. Menurut Ansel, pemeritrah daerah perlu menginventarisasi artefak Reba, dan mengklaim unsur-unsur fisik itu sebagai milik pemerintah dan masyarakat Ngada, sehingga pemerintah juga wajib melestarikannya. "Dapat disimpan di museum, sebab di dalam museum penyimpanan artefak akan lebih terpelihara baik daripada disimpan di rumah adat. Belum lagi kerawanan benda adat hilang mengingat hubungan kekerabatan dewasaini juga cenderung longgar," tutur Ansel, yang juga Kepala Museum Bikon Blewut, di Kabupaten Sikka, Flores. Kampung Bena Prof Stephanus Djawanai, Guru Besar Bidang Etnolinguistik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan Universitas Flores (Uniflor) Ende mengemukakan, sampai saat ini suku yang memelihara baik ritual Tege Sobhi, yakni di Kampung Bena, Kecamatan Jerebuu, Ngada. Bena merupakan kampung tua yang sudah berusia ribuan tahun. Jika fakta
Anda out-of-date, bagaimana yang mempengaruhi tindakan dan keputusan? Pastikan Anda tidak membiarkan slip
informasi penting oleh Anda.
"Tradisi Sobhi merupakan kearifan lokal yang sangat unik, dan perlu dilestarikan supaya jangan punah. Dan Kampung Bena yang sangat teguh sampai sekarang mempertahankan tradisi ini,"kata Stephanus. Stephanus secara khusus meneliti tentang Sobhi sekitar tahun 1978 sebagai bahan pengajuan gelar doktoralnya, di University of Michigan, Amerika Serikat. Sobhi dibuat dari batang bambu aur, ukuran panjangsekitar 20 cm, dan lebar 4 cm. Sobhi dibentuk, pada setengah bagian dibuat 12 gigi atau jari-jari sebagai bentuk sisir. Jari-jari itu berbicara tentang waktu atau bulan-bulan yang berhubungan dengan kegiatan agraris. Waktu penghitungan Sobhi dilakukan saat wula muzi, bulan baru, ketika keadaan gelap sama sekali. Selanjutnya, setiap kali memasuki bulan baru (berganti bulan), maka satu jari-jari dalam Sobhi akan dibengkokkan bagian ujungnya sebagai penanda. Yang unik, menurut Stephanus, kalender Sobhi terdiri dari 13 bulan, bukan 12 bulan sebagaimana kalender yang berlaku saat ini. Jika dicermati pula, waktu peredaran Bulan hingga memasuki bulan baru antara 28 atau 29 hari, hal itu juga merupakan siklus menstruasi wanita yang berlaku umum. Namun apabila dikalikan, 13 (jumlah bulan) dengan 28 diperoleh hasil 364 hari. Jumlah itu ternyata hanya selisih satu hari dengan kalender astronomi (365 hari dalam setahun). "Hal ini menunjukkan kehebatan kearifan lokal, dan orang-orang dulu juga memiliki pengetahuan, dan ini berhubungan dengan kehidupan agraris. Uniknya pula, pemberian nama-nama bulan berdasarkan jenis pekerjaan, tanaman, dan ikan,"kata Stephanus. Stephanus mencontohkan diantaranya bulan Bolo, kegiatan membersihkan kebun, lalu Mabha, persiapan kebun, Fange Zia, musim buah baru, Ipu Raru, masa kemunculan ikan-ikan kecil di muara sungai, serta witu, masa berburu."Yang sampai saat ini masih menjadi tanda tanya, nama bulan ke-13 belum diketahui,"ungkap Stephanus. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Kabupaten Ngada, Frans Wogha menyambut baik usulan inventarisasi artefak Reba. Selama ini, kata dia, inventarisasi secara menyeluruh artefak Reba etnik Ngadha memang belum pernah dilakukan. "Kalau sudah ada tawaran, ada museum yang bersedia menyimpannya, hal itu sangat positif," kata Frans.
Anda out-of-date, bagaimana yang mempengaruhi tindakan dan keputusan? Pastikan Anda tidak membiarkan slip
informasi penting oleh Anda.
"Tradisi Sobhi merupakan kearifan lokal yang sangat unik, dan perlu dilestarikan supaya jangan punah. Dan Kampung Bena yang sangat teguh sampai sekarang mempertahankan tradisi ini,"kata Stephanus. Stephanus secara khusus meneliti tentang Sobhi sekitar tahun 1978 sebagai bahan pengajuan gelar doktoralnya, di University of Michigan, Amerika Serikat. Sobhi dibuat dari batang bambu aur, ukuran panjangsekitar 20 cm, dan lebar 4 cm. Sobhi dibentuk, pada setengah bagian dibuat 12 gigi atau jari-jari sebagai bentuk sisir. Jari-jari itu berbicara tentang waktu atau bulan-bulan yang berhubungan dengan kegiatan agraris. Waktu penghitungan Sobhi dilakukan saat wula muzi, bulan baru, ketika keadaan gelap sama sekali. Selanjutnya, setiap kali memasuki bulan baru (berganti bulan), maka satu jari-jari dalam Sobhi akan dibengkokkan bagian ujungnya sebagai penanda. Yang unik, menurut Stephanus, kalender Sobhi terdiri dari 13 bulan, bukan 12 bulan sebagaimana kalender yang berlaku saat ini. Jika dicermati pula, waktu peredaran Bulan hingga memasuki bulan baru antara 28 atau 29 hari, hal itu juga merupakan siklus menstruasi wanita yang berlaku umum. Namun apabila dikalikan, 13 (jumlah bulan) dengan 28 diperoleh hasil 364 hari. Jumlah itu ternyata hanya selisih satu hari dengan kalender astronomi (365 hari dalam setahun). "Hal ini menunjukkan kehebatan kearifan lokal, dan orang-orang dulu juga memiliki pengetahuan, dan ini berhubungan dengan kehidupan agraris. Uniknya pula, pemberian nama-nama bulan berdasarkan jenis pekerjaan, tanaman, dan ikan,"kata Stephanus. Stephanus mencontohkan diantaranya bulan Bolo, kegiatan membersihkan kebun, lalu Mabha, persiapan kebun, Fange Zia, musim buah baru, Ipu Raru, masa kemunculan ikan-ikan kecil di muara sungai, serta witu, masa berburu."Yang sampai saat ini masih menjadi tanda tanya, nama bulan ke-13 belum diketahui,"ungkap Stephanus. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Kabupaten Ngada, Frans Wogha menyambut baik usulan inventarisasi artefak Reba. Selama ini, kata dia, inventarisasi secara menyeluruh artefak Reba etnik Ngadha memang belum pernah dilakukan. "Kalau sudah ada tawaran, ada museum yang bersedia menyimpannya, hal itu sangat positif," kata Frans.
No comments:
Post a Comment