80 % Sudah 80 % otakku terisi namamu berbulan-bulan Sudah 80% otakku bertabrakan dengan memori-memori singkat kita Sudah 80% otakku luber dengan segala kebaikanmu Hanya 2% aku benci kamu Dan, sisanya, cuma sampah penantian yang kusimpan Entah sampai kapan Sampan Lihatlah sampan yang tergolek di pinggir danau itu Di atasnya, aku melihat uluran jari lentikmu ingin menggapaiku Tangan kanan yang penuh kelembutan Namun sayang, ada sipengayuh dayung lain di sebelahmu Cuma nanar air mata yang tersendat ingin jatuh Padahal, ingin sekali aku kamu ajak mengelilingi danau, walau air keruh dan bau anyir Sayang Turbulensi Kamulah nama yang menggerogoti pikiranku selama ini Aku meracau Pikiran kacau Hanya kicau Dan, kamu terus menggerogoti pikiranku Ibarat tikus yang rakus, lama-lama aku pupus Cerita Patah Hati Kamu anggap, kekasihmu pangeran dari masa lalu Aku pikir, dia cuma bagian dari masa lalumu yang beku Kamu dan dia asik tertawa menggeluti dunia kalian penuh kemesraan Aku di sini, terpuruk dalam tempurung gelap, sulit bergerak Kamu dan dia bercanda meneruskan kisah kasih tanpa ujung Aku di sini cuma diam, beku, pasrah, berdoa, semoga kalian bahagia Ini bukan pengkhianatan Ini hanya kata hatimu yang menggejolak, bukan? Sebagian besar informasi ini berasal langsung dari pro Harga Jual Blackberry iPhone Laptop Murah. Hati-hati membaca untuk mengakhiri hampir menjamin bahwa Anda akan tahu apa yang mereka ketahui.
Oksigen Pagi menjelang Matahari kembali terang Anak-anak tertawa riang --- Maaf, aku baru bangun wahai kesepian Ada oksigen yang meninggalkanku sendirian di sini; Nah, Nah, aku lah orang yang paling tidak percaya pada kisah rekayasa film televisi yang mempertontonkan kesabaran sebagai pemenang di akhir cerita. Nah, apakah kamu masih percaya? Nah, aku penunggu janji-janji manis kamu dulu. Hampir saja jiwaku tercerabut dari jasad Untuk Mar Jika saja aku seorang pematung Tubuhmu akan aku ukir di tiang paling tertinggi di negeri ini Nyatanya aku cuma pemburu huruf Jika saja aku seorang pelukis Wajahmu akan aku goreskan di setiap tembok jembatan laying Nyatanya aku cuma kuli tinta Jika saja aku seorang penyair Kisahmu akan ku abadikan di setiap puisi yang kutulis Nyatanya aku cuma seorang pengukir tanda baca Untukmu Mar Aku ingin mencintaimu dengan sederhana Begitulah kata Sapardi dalam sajaknya Puisi-puisi ini untuk Margianna Wijayanti, Makhluk manis dan baik hati yang aku sayangi. Kiaracondong, Bandung 29 Maret 2011 dini hari, menjelang subuh Fandy Hutari, lahir di Jakarta 17 Agustus 1984. Penulis buku, esai, dan cerpen. Pernah menjadi editor, reporter, ghostwriter, dan penulis di sebuah agen naskah. Saat ini bekerja sebagai editor dan penulis di Penerbit Angkasa Bandung. Buku yang sudah dipublikasikan: Sandiwara dan Perang; Politisasi Terhadap Aktifitas Sandiwara Modern Masa Jepang (Ombak, 2009), Ingatan Dodol (IMU, 2010), Imajinasi Bumi (Hasfa Arias, 2011), dan Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal (dalam proses penerbitan Insist Press). Esai dan cerpennya tersebar di berbagai media, seperti Kompas Jawa Barat, Galamedia, majalah Gong, majalah Mata Jendela, majalah Tapian, Buletin Sastra Pawon, indonesiaseni.com, Republika, kompas.com dan lain-lain. Bisa dikontak di Facebook: Fandy Hutari (fandyhutari@yahoo.com) dan email: fandyhutari@yahoo.com.
Oksigen Pagi menjelang Matahari kembali terang Anak-anak tertawa riang --- Maaf, aku baru bangun wahai kesepian Ada oksigen yang meninggalkanku sendirian di sini; Nah, Nah, aku lah orang yang paling tidak percaya pada kisah rekayasa film televisi yang mempertontonkan kesabaran sebagai pemenang di akhir cerita. Nah, apakah kamu masih percaya? Nah, aku penunggu janji-janji manis kamu dulu. Hampir saja jiwaku tercerabut dari jasad Untuk Mar Jika saja aku seorang pematung Tubuhmu akan aku ukir di tiang paling tertinggi di negeri ini Nyatanya aku cuma pemburu huruf Jika saja aku seorang pelukis Wajahmu akan aku goreskan di setiap tembok jembatan laying Nyatanya aku cuma kuli tinta Jika saja aku seorang penyair Kisahmu akan ku abadikan di setiap puisi yang kutulis Nyatanya aku cuma seorang pengukir tanda baca Untukmu Mar Aku ingin mencintaimu dengan sederhana Begitulah kata Sapardi dalam sajaknya Puisi-puisi ini untuk Margianna Wijayanti, Makhluk manis dan baik hati yang aku sayangi. Kiaracondong, Bandung 29 Maret 2011 dini hari, menjelang subuh Fandy Hutari, lahir di Jakarta 17 Agustus 1984. Penulis buku, esai, dan cerpen. Pernah menjadi editor, reporter, ghostwriter, dan penulis di sebuah agen naskah. Saat ini bekerja sebagai editor dan penulis di Penerbit Angkasa Bandung. Buku yang sudah dipublikasikan: Sandiwara dan Perang; Politisasi Terhadap Aktifitas Sandiwara Modern Masa Jepang (Ombak, 2009), Ingatan Dodol (IMU, 2010), Imajinasi Bumi (Hasfa Arias, 2011), dan Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal (dalam proses penerbitan Insist Press). Esai dan cerpennya tersebar di berbagai media, seperti Kompas Jawa Barat, Galamedia, majalah Gong, majalah Mata Jendela, majalah Tapian, Buletin Sastra Pawon, indonesiaseni.com, Republika, kompas.com dan lain-lain. Bisa dikontak di Facebook: Fandy Hutari (fandyhutari@yahoo.com) dan email: fandyhutari@yahoo.com.
No comments:
Post a Comment