, apa yang terlintas dalam pikiran adalah biasanya informasi dasar yang tidak terlalu menarik atau bermanfaat. Tapi ada lebih banyak untuk
dari sekadar dasar.
BANGKOK, KOMPAS.com - Mata uang negara-negara Asia mengalami penurunan mingguan yang terbesar sejak tahun 1998. Ini terjadi karena kekhawatiran ekonomi dunia mengarah ke kondisi resesi. Won Korea Selatan dan rupee India menguat kemarin setelah para pembuat kebijakan di kedua negara tersebut melakukan intervensi. Sementara, intervensi juga dilakukan oleh Bank Indonesia untuk memperkuat rupiah. Setelah Anda mulai bergerak melampaui informasi latar belakang dasar, Anda mulai menyadari bahwa ada lebih banyak
dari Anda mungkin memiliki pikiran pertama.
Sepuluh mata uang Asia yang sering diperdagangkan melemah pada minggu ini, seiring dengan peringatan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan resiko penurunan yang signifikan dalam ekonomi AS. Indeks manajer pembelian China yang menunjukkan penurunan permintaan ekspor dan produksi turut memberikan pengaruh atas kondisi tersebut. The Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar Index anjlok 2,6 persen di minggu ini ke posisi 114,58, pada Jumat (23/9/2011) kemarin. Menurut Bloomberg, penurunan tersebut merupakan yang terbesar sejak Januari 1998. Won melemah 4,7 persen ke posisi 1.167,31 per dollar AS, dan rupee menguat 4,6 persen ke posisi nilai tukar 49,4338. Sementara itu, ringgit Malaysia terdepresiasi 3,3 persen ke 3,1848 dan rupiah menguat 2,6 persen ke posisi 9,033 per dollar AS. "Kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan (ekonomi) global semakin intensif. Investor pun semakin menjadi penghindar resiko," ujar Kozo Hasegawa, selaku trader Sumitomo Mitsui Banking Corp, di Bangkok, seperti yang dikutip Bloomberg, Sabtu (24/9/2011). Kondisi ini berdampak buruk kepada ekspor dan membebani mata uang di wilayah Asia.
dari Anda mungkin memiliki pikiran pertama.
Sepuluh mata uang Asia yang sering diperdagangkan melemah pada minggu ini, seiring dengan peringatan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan resiko penurunan yang signifikan dalam ekonomi AS. Indeks manajer pembelian China yang menunjukkan penurunan permintaan ekspor dan produksi turut memberikan pengaruh atas kondisi tersebut. The Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar Index anjlok 2,6 persen di minggu ini ke posisi 114,58, pada Jumat (23/9/2011) kemarin. Menurut Bloomberg, penurunan tersebut merupakan yang terbesar sejak Januari 1998. Won melemah 4,7 persen ke posisi 1.167,31 per dollar AS, dan rupee menguat 4,6 persen ke posisi nilai tukar 49,4338. Sementara itu, ringgit Malaysia terdepresiasi 3,3 persen ke 3,1848 dan rupiah menguat 2,6 persen ke posisi 9,033 per dollar AS. "Kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan (ekonomi) global semakin intensif. Investor pun semakin menjadi penghindar resiko," ujar Kozo Hasegawa, selaku trader Sumitomo Mitsui Banking Corp, di Bangkok, seperti yang dikutip Bloomberg, Sabtu (24/9/2011). Kondisi ini berdampak buruk kepada ekspor dan membebani mata uang di wilayah Asia.
. Berbagi pemahaman baru Anda tentang
dengan orang lain. Mereka akan berterima kasih untuk itu.
No comments:
Post a Comment